Demo Site

Minggu, 27 Juni 2010

Parasitologi Dasar

DEFINISI PARASITOLOGI
Ilmu yang mempelajari jasad - jasad yang hidup untuk sementara atau menetap di dalam atau di permukaan jasad lain dengan maksud untuk mengambil sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dari jasad lain tersebut
SITOS = makanannya, PARASITOS = seorang yang ikut makan.
Definisi Parasit, jasad yang hidup dengan cara mengambil kebutuhan hidupnya dari jasad lain.
Menurut P J Van Beneden ( 1875 ) : Makhluk yang menggantungkan hidup pada tetangganya dan berusaha sepenuhnya untuk memanfaatkan dengan hemat tanpa membahayakan dirinya

ISTILAH - ISTILAH PARASITOLOGI :
1. HOSPES = HOST : Jasad yang mengandung Parasit
2. HOSPES DIFINITIF : Hospes yang mengandung Parasit bentuk dewasa dan Parasitnya bereproduksi secara sexuil
3. HOSPES RESERVOIR : Hospes dimana parasitnyamengalami reproduksi secara sexuil hospesnya adalah binatang
4. HOSPES PERANTARA : Hospes tempat tumbuh parasit menjadi bentuk infektif dan siap ditularkan ke hospes lain. parasitnya bereproduksi secara asexuil
5. HOSPES PARATIMIK : Hospes yang mengandung parasit stadium infektif tanpa menjadi dewasa dan parasitnya dapat ditularkan serta menjadi dewasa pada hospes difinitif
6. ZOONOSIS : Penyakit pada binatang yangdapat ditularkan pada manusia
7. VEKTOR : Serangga yang menularkan penyakit
8. TRANSMITER : Vektor selain serangga
9. VEHICLE : Benda yang menularkan penyakit
10. INFEKSI : Parasit masuk kedalam tubuh hospes danterjadi Parasitisme ( Endoparasit )
11. INFESTASI : Parasit hidup dipermukaan tubuh hospesdan terjadi Parasitisme ( Ectoparasit )
12. MYASIS : Invasi larva lalat pada jaringan hospes
13. SYNANTHROPIC : Bentuk kehidupan serangga yang telahberadaptasi dengan lingkungan hidup manusia sebagao habitatnya dan hidup bebas tidak tergantung pada kehidupan manusia
14. DOMESTIC : Bentuk kehidupan serangga yang telah beradaptasi dengan lingkungan hidup manusia sebagaihabitatnya dan hidupnya tergantung pada kehidupanmanusia

SIFAT - SIFAT PARASIT
1. Ecto Parasit ; Parasit yang hidup di permukaan tubuh hospes
2. Endo Parasit ; Parasit yang hidup di dalam tubuh hospes
3. Obligat Parasit : Parasit yang untuk kehidupannya membutuhkan hospes
4. Fakultatif Parasit : Parasit yang dapat hidup tanpa adanya hospes
5. Monoxen Parasit : Parasit yang hanya mempunyai satu hospes
6. Polyxen Parasit : Parasit yang mempunyai banyak hospes
7. Permanent Parasit ; Parasit yang hidupnya selamanya pada hospes
8. Periodic Parasit : Parasit yang hidupnya tidak selamanya pada hospes

PENGARUH PARASIT TERHADAP HOSPES
1. Hospesnya menderita kerugian( Parasitisme )
2. Parasitnya menderita kerugian
3. Terjadi keseimbangan antaraParasit dengan Hospes

BENTUK – BENTUK PARASITISME
I. ParasitismeHospes menderita kerugian
II. KomensalismeHospes tidak menderita kerugian
- Mensa = meja , Komensa = turut makan di satu meja
1. Mutualisme Keduanya saling menguntungkan
2. SimbioseBila dipisahkan masing - masing akan merugi

Selasa, 22 Juni 2010

SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)

SGPT atau juga dinamakan ALT (alanin aminotransferase) merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya.


SGPT/ALT serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, secara semi otomatis atau otomatis. Nilai rujukan untuk SGPT/ALT adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L


Masalah Klinis


Kondisi yang meningkatkan kadar SGPT/ALT adalah :
  • Peningkatan SGOT/SGPT > 20 kali normal : hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia)
  • Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark miokard (SGOT>SGPT)
  • Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis Laennec, sirosis biliaris.

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
  • Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
  • Trauma pada proses pengambilan sampel akibat tidak sekali tusuk kena dapat meningkatkan kadar
  • Hemolisis sampel
  • Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (klindamisin, karbenisilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, mitramisin, spektinomisin, tetrasiklin), narkotika (meperidin/demerol, morfin, kodein), antihipertensi (metildopa, guanetidin), preparat digitalis, indometasin (Indosin), salisilat, rifampin, flurazepam (Dalmane), propanolol (Inderal), kontrasepsi oral (progestin-estrogen), lead, heparin.
  • Aspirin dapat meningkatkan atau menurunkan kadar.



SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)

SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit hati, kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama.


SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi otomatis menggunakan fotometer atau spektrofotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer. Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki : 0 - 50 U/L
Perempuan : 0 - 35 U/L


Masalah Klinis

Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
  • Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
  • Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia muscularis
  • Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru, delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
  • Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
  • Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar SGOT/AST
  • Hemolisis sampel darah
  • Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin, klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin, polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein, morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin, preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid (INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum positif atau negatif yang keliru.

Berapa SGOT/SGPT mu?????

Hepatitis adalah penyakit peradangan atau gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh suatu infeksi atau keracunan. Salah satu gejala yang mudah terlihat pada penderita gangguan fungsi hati adalah kulit dan selaput putih mata yang mungkin akan berubah warna menjadi kuning, sehingga sering disebut oleh masyarakat sebagai penyakit kuning. Warna kuning ini timbul disebabkan oleh cairan empedu yang sudah sangat berlebihan kadarnya di dalam darah.

Hepatitis dapat disebabkan oleh keracunan obat atau berbagai macam zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor dan zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern, serta berbagai organisme termasuk kuman dan virus. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di dalam darah adalah pekerjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang masuk ke dalam tubuh, hati itu sendiri mungkin rusak sehingga tidak dapat lagi menetralkan racun-racun lain.

Kuman-kuman yang masuk ke dalam tubuh juga dapat menimbulkan penyakit hepatitis. Kuman ini masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau air yang tercemar. Di dalam alat-alat pencernaan, kuman tersebut berkembang biak dengan cepat. Kemudian, beberapa parasit ini diangkut melalui aliran darah ke dalam hati, dimana mereka tinggal di dalam kapiler-kapiler darah hati dan menyerang jaringan-jaringan di dekatnya sehingga menimbulkan radang hati.

Penyebab yang paling sering menimbulkan penyakit hepatitis adalah infeksi virus hepatitis seperti virus hepatitis A, B, C, D, E, G dan TT. Di Indonesia yang banyak ditemukan adalah virus hepatitis A, virus hepatitis B dan virus hepatitis C. Virus hepatitis dapat masuk ke dalam tubuh, terutama melalui makanan atau air yang dikotori oleh virus, tertular akibat tranfusi darah maupun melalui pemakaian alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Hepatitis merupakan penyakit yang lebih sering menjangkiti anak-anak muda. Tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang tidak terjamin dan kurangnya makanan yang sehat sangat memegang peranan dalam menyebabkan timbulnya penyakit ini.

Penyakit hepatitis umumnya muncul ditandai dengan timbulnya rasa mual, muntah-muntah, demam, perasaan lemah dan hilang nafsu makan. Hati terasa nyeri apabila diraba atau pun disentuh dari luar. Hal ini umumnya berlangsung selama 10 hari sampai 2 minggu. Dalam beberapa kasus, limpa menjadi besar dan sering merasa gatal hebat di kulit. Cairan empedu mungkin akan terlihat di dalam air seni, terutama selama tahap awal timbulnya penyakit ini. Kadang-kadang, penderita juga menderita diare. Gejala hepatitis tidak tergantung kepada penyebabnya dan sangat bervariasi dari yang tanpa gejala sampai yang berat sekali. Terkadang penderita hepatitis berat, gejala yang dikeluhkannya sangat minim sekali.

Untuk mengetahui apakah seseorang menderita penyakit hepatitis atau tidak, maka seorang dokter disamping mencari informasi mengenai perjalanan penyakit yang dialami, melakukan pemeriksaan fisik secara teliti juga memerlukan pemeriksaan penunjang lainnya untuk membantu dalam melakukan diagnosa, antara lain pemeriksaan biokimia/enzimatik, imunologi, dan pencitraan.

Salah satu jenis pemeriksaan yang sering dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan pada hati adalah pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein yang dihasilkan oleh sel hidup dan umumnya terdapat di dalam sel. Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan antara pembentukan enzim dengan penghancurannya. Apabila terjadi kerusakan sel atau peningkatan permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruang ekstra sel dan ke dalam aliran darah sehingga dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu diagnostik penyakit tertentu. Pemeriksaan enzim yang biasa dilakukan untuk diagnosa hepatitis antara lain:

1. Enzim yang berhubungan dengan kerusakan sel hati yaitu SGOT, SGPT, GLDH, dan LDH.
2. Enzim yang berhubungan dengan penanda adanya sumbatan pada kantung empedu (kolestasis) seperti gamma GT dan fosfatase alkali.
3. Enzim yang berhubungan dengan kapasitas pembentukan (sintesis) hati misalnya kolinestrase.

Secara laboratoris pemeriksaan enzim hati pada hepatitis akut didapati adanya peninggian SGOT dan SGPT sampai 20-50 kali normal dengan SGPT lebih tinggi dari SGOT (SGOT/SGPT < 0,7). Selain itu gamma-GT lebih kecil dari SGOT. Albumin dan Globulin dalam batas kadar normal. Fosfatase alkali dapat meninggi bila terjadi gejala kolestasis (penyumbatan kantung empedu). Pada hepatitis kronis, dari pemeriksaan laboratoris didapati adanya peningkatan kadar enzim SGPT 5-10 kali lebih tinggi dari kadar normal, dan ratio albumin-globulin terbalik.

Untuk menentukan pengobatan yang akan dilakukan, maka perlu diketahui jenis virus yang diduga sebagai penyebab infeksi hati dengan pemeriksaan seroimunologi. Bila pemeriksaan seroimunologis negatif maka perlu dipikirkan penyebab hepatitis lain selain virus, misalnya penyakit hepatitis karena keracunan obat atau zat-zat kimia yang berbahaya.

Radang hati merupakan penyakit yang sangat mudah menular sehingga penderita harus benar-benar diasingkan selama taraf penyakit masih aktif. Penyakit ini umumnya akan sembuh setelah 6-8 minggu, namun akan dapat kambuh kembali apabila penderita langsung melakukan aktivitas berat. Penderita hepatitis harus istirahat di tempat tidur selama masih ada gejala-gejala penyakit ini. Makanannya harus mengandung banyak protein dan hidrat arang, tetapi sedikit kadar lemaknya. Makanan yang dapat Anda berikan untuk penderita hepatitis antara lain makaroni, telur, tahu, daging yang tidak bergajih, ayam, ikan, kentang, sayur-sayuran yang mudah dicerna, agar-agar dan buah-buahan apa saja kecuali alpukat. Penderita juga sebaiknya diberi vitamin B kompleks untuk menolong mengembalikan nafsu makannya yang sudah hilang, dan menolong menyembuhkan hati. Penderita harus berhati-hati untuk tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat. Demikian uraian dan sedikit penjelasan dari kami, semoga bermanfaat. Salam. dra astri rozanah (biolog pemerhati masalah kesehatan dan lingkungan)

SGOT: Serum glutamic oxaloacetic transaminase, an enzyme that is normally present in liver and heart cells. SGOT is released into blood when the liver or heart is damaged. The blood SGOT levels are thus elevated with liver damage (for example, from viral hepatitis) or with an insult to the heart (for example, from a heart attack). Some medications can also raise SGOT levels. SGOT is also called aspartate aminotransferase (AST).

SGPT: Serum glutamic pyruvic transaminase, an enzyme that is normally present in liver and heart cells. SGPT is released into blood when the liver or heart are damaged. The blood SGPT levels are thus elevated with liver damage (for example, from viral hepatitis) or with an insult to the heart (for example, from a heart attack). Some medications can also raise SGPT levels. Also called alanine aminotransferase (ALT).

Uji Koefisien Fenol

Tujuan dari praktikum uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol.

Teori dasar

Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda-benda baik hidup ataupun mati.

Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tak bernyawa.

Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.

Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji keefektifannua. Cara menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus.

PRINSIP KERJA

Pertumbuhan bakteri uji pada media yang sesuai setelah bakteri tersebut kontak dengan disinfektan dalam waktu 5, 10, dan 15 menit.

Alat dan Bahan

Alat:

  • Tabung reaksi
  • Ose/sengkelit
  • Pencatat waktu (stopwatch)
  • Mc Farland III (109 kuman/ml)
  • Vortex
  • Stiker label
  • Spiritus

Bahan:

  • Kaldu nutrisi (Nutrient Broth)
  • Air suling steril
  • Staphylococcus aureus ATCC 25953 dalam agar nutrisi (Gram +)
  • Salmonella thyphosa ATCC 6539 dalam agar nutrisi (Gram -)­­­
  • Larutan NaCl fisiologis 0,9%
  • Fenol standar
  • Desinfektan uji

Prosedur Kerja

  1. Pembuatan media

Media kaldu nutrisi (Nutrient Broth) dimasukkan dalam 12 tabung reaksi ukuran 20 x 150 mm, volume masing-masing dibuat 5 ml. Komposisi perliter terdiri dari pepton 10 g, ekstrak daging 5 g, dan NaCl 5 g; pH akhir 6,8.

  1. Pembuatan inokulum

Bakteri Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus sebelumnya telah ditanam pada agar nutrisi (Nutrient Agar) miring dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-48 jam.
Tahap pengenceran bakteri uji adalah sebagai berikut:

  1. Siapkan tabung reaksi berisi 2 ml NaCl fisiologis 0,9%
  2. Pindahkan biakan S. thyphosa atau S. aureus tersebut (pilih salah satu) ke dalam larutan NaCl dengan ose, dan setarakan kekeruhannya dengan larutan Mc Farland III (109 kuman/ml)
  3. Suspensi kuman tersebut kini diperkirakan berisi 109 kuman/ml
  4. Siapkan 3 buah tabung reaksi masing-masing berisi 4,5 ml NaCl fisiologis 0,9%
  5. Pipet 0,5 ml dari suspensi kuman sebelumnya (109 kuman/ml), pindahkan ke salah satu tabung reaksi berisi 4,5 ml NaCl. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 108 kuman/ml
  6. Lakukan pengenceran kedua dengan mengambil 0,5 ml dari suspensi kuman 108 dan memindahkannya ke dalam tabung berisi 4,5 NaCl yang kedua. Suspensi kuman kini berkonsentrasi 107 kuman/ml
  7. Pengenceran terakhir dilakukan dengan memindahkan 0,5 ml dari suspensi kuman 107 ke dalam tabung terakhir NaCl. Suspensi kuman telah setara dengan 106 kuman/ml. Suspensi bakteri dengan konsentrasi inilah yang akan digunakan untuk melakukan uji praktikum ini.
  1. Pembuatan larutan baku fenol

Dibuat larutan persediaan baku fenol 5% dengan cara menimbang 2,5 g fenol dalam 50 ml air suling steril. Kemudian dilakukan pengenceran konsentrasi menjadi 1:80 dengan mempipet 12,5 ml larutan fenol 5% ditambahkan dengan 37,5 ml air suling steril pada tabung steril ukuran 25 x 150 mm.

  1. Pembuatan larutan desinfektan

Pengenceran larutan desinfektan dilakukan pada tabung steril berukuran 25 x 150 mm. Tahapannya adalah sebagai berikut:

  1. Siapkan 4 buah tabung steril berisi aquades dengan volume yang berbeda-beda di dalamnya yaitu 9 ml, 7 ml, 4,5 ml, dan 7 ml, secara berurutan
  2. Lakukan pengenceran pertama dengan mempipet 1 ml larutan desinfektan ke dalam 9 ml air suling sehingga konsentrasi menjadi 1:10
  3. Pengenceran selanjutnya adalah dengan memindahkan 1 ml desinfektan 1:10 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling. Konsentrasi desinfektan pada tabung ini adalah 1:80
  4. Pindahkan 0,5 ml desinfektan 1:80 ke dalam 4,5 ml aquades sehingga konsentrasi kini 1:100
  5. Pipet 0,5 ml desinfektan 1:100 ke dalam tabung berisi 7 ml air suling sehingga konsentrasi pada tabung ini adalah 1:150
  6. Desinfektan yang akan dipakai selanjutnya adalah yang konsentrasinya 1:80, 1:100, dan 1:150. Oleh karena itu, samakan volumenya masing-masing menjadi 5 ml

Media, bakteri uji, larutan fenol, dan desinfektan telah disiapkan. Dengan demikian kita dapat melakukan inokulasi kuman uji dalam desinfektan dan fenol dengan memperhitungkan waktu kontak 5, 10, dan 15 menit secara akurat. Label 12 tabung berisi Nutrient both dengan menandai F5’, F10’, F15’, DES 1:80 5’, DES 1:80 10’, DES 1:80 15’, DES 1:100 5’, DES 1:100 10’, DES 1:100 15’, DES 1:150 5’, DES 1:150 10’, DES 1:150 15’.

  • Uji Fenol

Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam larutan fenol 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel F5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung F10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung F15’.

  • Uji I 1:80

Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:80. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:80 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:80 15’.

  • Uji II 1:100

Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:100. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:100 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:100 15’.

  • Uji III 1:150

Pipet inokulum berkonsentrasi 106 kuman/ml sebanyak 0,5 ml ke dalam desinfektan 1:150. Tunggu sampai 5 menit, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung berlabel DES 1:150 5’. Lima menit kemudian, ambil lagi 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 10’. Setelah lima menit kemudian, ambil 1 ose dari campuran tersebut ke dalam tabung DES 1:150 15’.
Tabung-tabung reaksi uji kemudian dieramkan di dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24-48 jam.
Diamati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada setiap tabung
Pengamatan :

(+) keruh : ada pertumbuhan

(-) jernih : tidak ada pertumbuhan

Skema Langkah-Langkah Praktikum

Gambar 1 : pembuatan inokulum

Gambar 2 : pembuatan fenol standar

Gambar 3 : pengenceran disinfectan

Gambar 4 : cara inokulasi kuman ke dalam disinfectan

Hasil pengamatan

Setelah tabung reaksi diinkubasi padsa suhu 37°C selama 24 - 48 jam, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Jenis
pengenceran

Waktu / menit

5

10

15

FENOL

1 : 80

+

+

_

DESINFEKTAN

1 : 80

_

_

_

DESINFEKTAN

1 : 100

_

_

_

DESINFEKTAN

1 : 150

+

_

_

Perhitungan


Koefisien fenol adalah hasil bagi dari faktor pengenceran tertinggi desinfektan dengan faktor pengenceran tertinggi baku fenol yang masing-masing dapat membunuh bakteri uji dalam jangka waktu 10 menit, tetapi tidak membunuh dalam jangka waktu 5 menit.

PEMBAHASAN


Dari pengamatan praktikum kali ini didapatkan hasil tes fenol 1:80, suatu desinfektan dengan konsentrasi 1:80, 1:100, dan 1:150. Tes fenol dengan pengenceran 1:80 pada tabel di atas menunjukkan bahwa kuman masih hidup sampai menit ke-10 namun setelah 15 menit, kuman tersebut mati. Hal ini cukup rasional oleh karena semakin lama fenol tersebut bekerja, semakin efektif pula daya disinfeksinya.
Pada pengenceran suatu desinfektan 1:80, tidak terdapat kuman sama sekali dari menit ke-5 sampai menit ke-15. Dengan hasil tersebut, asumsi kami adalah desinfektan ini memiliki kefektifitasan yang cukup bagus sehingga dapat langsung membunuh kuman dengan cepat.
Sementara pada pengenceran 1:100, tabung reaksi juga tidak menampakkan kekeruhan dan disimpulkan bahwa tidak ada bakteri yang hidup.
Namun pada pengenceran desinfektan yang terakhir, yaitu 1:150, terdapat kekeruhan di menit ke-5 tetapi tidak pada menit ke-10 dan ke-15. Kekeruhan pada pengenceran terakhir ini menimbulkan keraguan pada hasil dari pengenceran 1:100, atau pada pengenceran 1:150 ini.
Oleh karena kesalahan yang kami lakukan pada praktikum ini, kita tidak dapat melakukan perhitungan koefisien fenol.Terjadinya hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor kemungkinan. Faktor-faktor kemungkinan penyebab terjadinya kesalahan kami antara lain adalah:

  • Pengerjaan praktikum secara paralel

Kegagalan yang terjadi dalam praktikum ini mungkin juga disebabkan oleh pengerjaan tabung Uji Disinfektan secara paralel yang saat itu dimaksudkan untuk mempersingkat waktu pengerjaan. Pengerjaan secara paralel tersebut telah mengakibatkan ketidakakuratan dan ketidaktelitian perhitungan waktu yang diperlukan.

  • Ketidakakuratan dalam pengambilan kuman menggunakan ose

Dalam menginokulasi kuman uji terhadap desinfektan, kami memindahkan kuman tersebut hanya dengan 1 ose. Dengan penggunaan ose, terdapat kemungkinan kuman tidak terangkat sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Sebab pada percobaan kami, banyak kuman yang mati. Pengambilan kuman dengan 2 ose mungkin dapat lebih akurat.

  • Penggunaan spiritus yang berlebihan

Banyaknya kuman yang mati juga dapat disebabkan terlalu seringnya dilakukan flambir pada pembuatan inokulum dan pada penginokulasian kuman uji terhadap desinfektan. Kuman S. aureus dan S. thyphosa tumbuh optimum pada suhu 37°C, oleh karena itu tidak diperlukan suhu panas yang berlebihan.

  • Pengenceran desinfektan yang tidak akurat
Pada percobaan kali ini, kami mungkin juga melakukan kesalahan ketika melakukan pengenceran desinfektan ke dalam 1:80, 1:100, 1:150. Pengenceran yang dilakukan tidak akurat, yaitu terlalu banyak desinfektan yang terkandung dalam 1:80 atau 1:100, sehingga desinfektan terlalu pekat dan tidak sebanding dengan jumlah kuman yang dibiakka

Senin, 21 Juni 2010

Trichomonas vaginalis

Klasifikasi :
Class: Flagellata
Family: Trichomonadidae
Genus: Trichomonas
Speciees: Trichomonas vaginalis
Trichomonas hominis
Trichomonas faetus

Sejarah dan Penyebaran :
Spesies parasit ini ditemukan pertama kali oleh Donne 1836 pada sekresi purulen dari vagina wanita dan sekresi traktus urogenital pria. Pada tahun 1837, protozoa ini dinamakan Trichomonas vaginalis. Parasit ini bersifat cosmopolitan ditemukan pada saluran reproduksi pria dan wanita. Penyebab terjadinya keputihan pada wanita. Biasa disebut leukorrhoe atau flour albus.

Morfologi :
  • Mempunyai ukuran antara 15 - 20 mikron x 10 mikron
  • Tidak berwarna dan bentuknya cuboid
  • Sitoplasmanya bergranula dimana granula tersebut pada umumnya terletak di sekitar custa dan axostyle
  • Membran bergelombang berakhir pada pertengahan tubuh, jadi tidak mempunyai flagela bebas
  • Sitostoma tidak ada
  • Habitat pada vagina bagian atas serta prostat dan seki¬tarnya
  • Makanannya adalah kuman-kuman, sel-sel vagina dsb
  • Trichomonas Vaginalis hanya dapat hidup pada pH > 5,5 - 7,5
Biologi
Parasit hidup dalam vagina dan urethra wanita dan prostata, vesica seminalis dan urethra pria. Penyakit ditularkan lewat hubungan kelamin, bahkan pernah ditemukan pada anak yang baru lahir. Juga pernah secara kebetulan ditemukan pada anak dan wanita yang masih perawan, mungkin terjadi infeksi melalui handuk dan pakaian yang tercemar. Derajat keasaman normal pada vagina adalah 4,0-4,5, tetapi bila terinfeksi akan berubah menjadi 5,0-6,0 sehingga organisme ini dapat tumbuh baik.

Patologi
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya hampir tidak terlihat. Tetapi beberapa strain dapat menyebabkan inflamasi, gatal-gatal, keluar cairan putih yang mengandung trichomonas. Protozoa ini memakan bakteri, leukosit dan sel eksudat. Seperti mastigophora lainnya T. vaginalis membelah diri secara longitudinal dan tidak membetuk cyste.
Beberapa hari setelah infeksi, terjadi degenerasi epithel vagina diikuti infiltrasi leukosit. Sekresi vagina akan bertambah banyak berwarna putih kehijauan dan terjadi radang pada jaringan tersebut. Pada infeksi akut, biasanya akan menjadi kronis dan gejalanya menjadi tidak jelas. Pada pria yang terinfeksi, gejalanya tidak terlihat, tetapi kadang ditemukan adanya radang urethritis atau prostitis.

Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis bergantung pada ditemukannya trichomonas dalam sekresi penderita. Dapat juga dilakukan dengan tes haemaglutination indirek (tidak langsung).Pengobatan dengan cara oral seperti metronidazole biasanya dapat sembuh dalam waktu 5 hari. Dapat terjadi reinfeksi kembali melalui hubungan kelamin. Obat suppositoria dan “douches” cukup baik dilakukan untuk membuat pH vagina menjadi asam. Pasangan sex juga harus diobati bersamaan untuk mencegah terjadinya reinfeksi.

Pemeriksaan Sedimen Urine :
Trichomonas adalah parasit yang sering ditemukan dalam sedimen urine. Biasanya, sel didapat karena cemaran dari alat genitalia. Tetapi dalam literatur disebutkan bahwa Trichomonas harus dilaporkan karena kasus-kasus dari kolonisasi vesical dan prostata oleh organisme ini.
Identifikasi Trichomonas yang hidup mudah dilakukan karena dalam sedimen urine segar terlihat bergerak. Identifikasi Trichomonas yang tak bergerak mungkin akan sedikit mengalami kesulitan dan sedikit ditemukan dalam sedimen urine. Bentuk khas dari Trichomonas berupa seperti buah pir, memiliki flagella, inti satu pada anterior, pada ekor terdapat flagella, bergerak dalam sedimen urine kadang berputar-putar. Dalam keadaan hidup sulit atau lemah menyerap zat warna Sternheimer malbin’s, sedangkan dalam keadaan mati berwarna ungu kemerahan. Ditemukan parasit ini harus diidentifikasi dan dicocokkan dengan morfologi yang ada dalam literatur parasitologi.

Keputihan :
Cairan *Censored disebut tidak normal manakala memiliki ciri-ciri, jumlahnya berlebihan, berbau amis/apek, menyebabkan gatal dan nyeri di sekitar daerah kelamin, berwarna putih susu/ kuning tua/ cokelat/ kehijauan/ kemerahan, dan menimbulkan kelainan pada daerah kelamin luar seperti benjolan atau luka. Ketidaknormalan itu bisa disebabkan karena faktor infeksi dan bukan infeksi.

Fisiologi :
Vagina memiliki mekanisme perlindungan terhadap infeksi. Kelenjar pada vagina dan serviks / leher rahim menghasilkan sekret yang berfungsi sebagai sistem perlindungan alami dan sebagai lubrikan mengurangi gesekan dinding *Censored saat berjalan & saat berhubungan seksual. Jumlah sekret yang dihasilkan tergantung dari masing-masing wanita. Dalam keadaan normal, kadang jumlah sekret dapat meningkat seperti saat menjelang ovulasi, stres emosional dan saat terangsang secara seksual. Selain itu, terdapat flora normal basil doderlein yang berfungsi dalam keseimbangan ekosistem pada *Censored sekaligus membuat lingkungan bersifat asam (pH 3.8-4.5) sehingga memiliki daya proteksi yang kuat terhadap infeksi.

Faktor Resiko :
Pada beberapa keadaan tertentu seperti perubahan hormonal pada kehamilan dan penggunaan pil KB, obat-obatan seperti steroid dan antibiotik, hubungan seksual dsb dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami keputihan yang tidak normal.

Keputihan karena Trichomonas vaginalis :
Keputihan berupa sekret berwarna kuning-hijau, kental, berbusa dan berbau tidak enak (malodorous). Kadang keputihan yang terjadi menimbulkan rasa gatal dan iritasi pada daerah intim.


Agar terhindar dari keputihan yang tidak normal :
  1. Menjaga kebersihan genitalia. "Selesai buang air kecil bersihkan dengan air, arahnya dari depan (kandung kemih) ke belakang (anus)," supaya tidak menginfeksi bakteri anus ke vagina anda.
  2. Memilih pakaian dalam yang tepat, sebaiknya dari bahan nylon. Rutinlah mengganti pakaian dalam setiap hari. Begitupula jika memakai pantyliners, jangan sampai seharian penuh.
  3. Menghindari berat badan berlebih dan tidak makan terlalu banyak makanan yang tinggi kandungan gulanya.
  4. Melakukan pemeriksaan ginekologi secara teratur, termasuk deteksi dini kanker serviks. Idealnya setahun sekali, khususnya bagi yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.
  5. Jangan sembarangan buang air kecil ditempat umum, pastikan di WC umum menggunakan sabun dan diserap sisa air dengan tissue kering untuk mengurangi resiko infeksi. Dapat juga menggunakan air aqua gelas untuk mencuci alat kelamin.
  6. Hindari penggunaan antibiotika dan obat-obatan dalam jangka lama, karena menyebabkan terjadinya perubahan populasi normal dalam lumen tubuh terutama di alat kelamin dan usus.

Solusi Koneksi Internet Manual ke PC menggunakan Kartu Indosat

Bagi yang sedang melakukan koneksi internet secara manual ke PC/laptop menggunakan kartu indosat, pasti sering mengalami masalah-masalah seperti dibawah ini, berikut solusinya:

Error 692 : Ini disebabkan karena modem yang dipilih tidak sesuai dengan kemampuan modem dari hp tersebut contoh modem yg dipilih yaitu standard 56000 bps padahal modem di hpnya hanya mampu maximum 33600 bps (byte per second).

Solusi : Ubah model modem sehingga sesuai dengan kemampuan modem hpnya.

Error 718 : Ini disebabkan karena Extra Settings di modemnya belum diisi.

Solusi : Masukan Extra Settings AT+CGDCONT=1,”ip”,”satelindogprs.com”

Error 797 : Ini disebabkan karena modem belum terinstall secara benar.

Solusi : Ulangi proses instalasi modem dari control panel sehingga modem dapat terdeteksi.

Jika muncul error seperti ini pada saat akan melakukan diagnostic atau query modem, ini disebabkan karena modem di hp belum terupdate dengan instalasi yang baru dilakukan di control panel.

Solusi : Matikan hp dalam kondisi tersambung dengan kabel data (jika koneksinya melalui kabel) lalu aktifkan kembali (restart) kemudian ulangi lagi proses diagnostic / query modem di control panel.

Error 619 : Sama dengan error 692 dan 718 diatas.

Solusi : Sama dengan solusi 692 dan 718 diatas.

Error 734 : Ini disebabkan karena ketika mendial salah memasukan nomor teleponnya (phone number) atau bisa juga karena Extra Settings belum dimasukan.

Solusi : Pastikan nomor telepon (phone number) yang diisi adalah *99***1# lalu lakukan dial kembali.

Cara Setting GPRS (internet) di HP Dual Mode (China-Korea)

HP Dual-Mode tidak perlu melakukan settingan GPRS, karena Sudah ada settingan GPRS bawaan dari pabrik, yang kita harus lakukan adalah memilih profil wap yang akan kita gunakan berdasarkan provider yang kita gunakan. Langka2nya sebagai berikut :

1. Masuk Ke Pengaturan (Setting)

2. Pilih Layanan dan Internet

3. Pilih WAP

4. Pilih pengaturan, biasanya didalam pengaturan ada menu : Pilih SIM, Ubah Acount, Pilihan Browser, Hapus Cache dan Hapus Cokies

5. Pilih SIM ( SIM1 atau SIM2), co : pilih SIM2

6. kemudian Kembali kepengaturan

7. pilih ubah Acoount

8. Pilih SIM (SIM1 atau SIM2), co : Pilih SIM2

9. Pilih Profil Internet sesuai provider yang digunakan, IndosatGprs, XlGprs, Telkomsel data dll

maka secara otomatis anda sudah dapat menggunakan layanan internet di HP anda, Selamat mencoba !!

Perbaiki HP NOKIA ANDA..!!!!!!

Instal Ulang Software HP NOKIA

Sebelumnya saya pernah membahas cara instal ulang HP Nokia. Cara kemarin adalah Cara untuk merestart HPnya saja, tidak memperbaiki atau mengintsal ulang software Nokia anda. Ada cara lain untuk memperbaiki software nokia anda jika mengalami kerusakan atau terkena virus. Cara ini biasa dilakukan teknisi Nokia Care. Caranya sebagai berikut

1. Dalam keadaan HP mati, anda tekan *3yes/ok dalam waktu bersamaan. Pastikan anda menekan secara bersamaan

2. Nanti muncul pilihan negara, anda tnggal memasukan negara tempat anda membeli HP. Kalau langsung kembali kemenu semula, berarti belum berhasil. Ulangi kembali

Selamat Mencoba

Sabtu, 19 Juni 2010

Identifikasi Staphylococcus aureus

Bahan Pemeriksaan:
1. Klinis ; Pus/nanah hijau, hapus luka.
2. Makanan ; Bahan makanan suspek penyebab racun.

Skema Pemeriksaan:


A. Hari Pertama
1. Pemeriksaan mikroskopik : dilakukan pewarnaan metode Gram.
Hasil Pemeriksaan :
a. Bentuknya Coccus/bulat
b. Ukurannya berdiameter 0,8-1 um
c. Susunannya 2-2, 4-4, bergerombol seperti buah anggur


2. Isolasi
Sampel bahan pemeriksaan di isolasi dalam media dan di inkubasi dalam inkubator dengan suhu 37o C selama 24 jam.
a. Biakan pada Agar Darah
b. Biakan pada MSA (Manitol Salt Agar)
c. Biakan pada TSB (Trypticase Soy Broth/Kaldu trypticase & pepton)


B. Hari Kedua
Pengamatan koloni pada media:
a. Media Agar Darah: Koloni berwarna kuning keemasan, halus, licin & berpigmen.
b. Media MSA : Koloni berwarna kuning, bersifat manitol fermenter,
c. Media TSB : Bakteri tumbuh dan membuat larutan media keruh homogen.

Koloni yang tumbuh pada Agar darah dipilih sesuai kriteria dan dibuat subkultur pada agar darah untuk mendapat koloni bakteri yang murni.

C. Hari Ketiga
Koloni pada subkultur di lakukan uji biokimia, uji serologi & uji sensitivitas.
a. Uji Biokimia: Bakteri di isolasi kedalam media bontrey panjang.
b. Uji Serologi: CPT (Coagulation Plasma Test), 1 ose koloni + 1 ose plasma sitrat, campurkan, amati dalam 2 menit. Hasil positif dengan indikasi cairan jernih dengan terbentuknya butiran-butiran halus.
c. Uji Sensitivitas: metode cakram Kirby Bauer menggunakan media Muller Hinton agar. Antibiotik yang digunakan adalah Novobiocin 30.


D. Hari Keempat
Amati hasil inkubasi bontrey panjang untuk uji biokimia dan media Muller Hinton agar untuk uji sensitivitas.
a. Uji Biokimia : Glukosa (+) dan Manitol (+)
b. Uji Sensitivitas : Diameter zona hambat
-sensitif : > 16mm
-intermediet : > 13-15mm
-resisten : > 13mm

Metabolisme Karbohidrat

1. Terminologi yang berhubungan dengan metabolisme karbohidrat

a. Glikogenesis : proses pembentukan glikogen terutama di hati dan otot dari glukosa hasil metabolisme karbohidrat.
b. Glikogenolisis : Pemecahan glikogen menjadi glukosa
c. Glukoneogenesis : Pembentukan glukosa bukan dari karbohidrat. Bisa dari lemak & protein.
d. Glukolisis : proses pemecahan glukosa dalam darah untuk menghasilkan energi.
e. Lipogenesis : pembentukan lemak dari karbohidrat.
f. Lipolisis : pemecahan lemak menghasilkan asam lemak.


2. Pencernaan - Penyerapan Makanan

a. Mulut : amilum dengan bantuan enzim ptialin dirubah menjadi dekstrin dan maltosa
b. Lambung : proses pencernaan berlangsung dengan bantuan asam lambung/HCl, enzim ptialin di inaktifasi oleh asam lambung.
c. Duodenum :
Makanan yang masuk ke duodenum merangsang pankreas menghasilkan Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dan Amilase pankreas (Amilopsin). Makanan tersebut dirubah menjadi disakarida dan monosakarida.
- disakarida : diproses dengan enzim disakaridase (maltose, laktose dan sukrase) menjadi monosakarida
- monosakarida : diserap secara difusi dan transfer aktif edalam ileum & jejenum lalu diteruskan ke hati lewat vena porta.


3. Metabolisme glukosa


Adalah proses pemecahan glukosa untuk menghasilkan ATP sebagai cadangan energi.


4. Regulasi Glukosa dalam darah

a. Insulin - Dihasilkan oleh sel-sel beta pulau-pulau langerhans di pankreas. Berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa di dalam darah.
b. Glukagon - Dihasilkan oleh sel-sel alfa pulau-pulau langerhans di pankreas. Berfungsi untuk menaikkan kadar glukosa di dalam darah.
c. Epinefrin - Dihasilkan oleh medula pararenalis / anak ginjal
d. Glukokortikoid (Kortison) - Dihasilkan oleh korteks medula pararenalis
e. Tiroksin / Thyroxine (T4)
f. Growth Hormone

Membuat Serum

Membuat Serum

Prinsip :

Darah dibiarkan membeku sehingga fibrinogen berubah menjadi fibrin. Darah yang membeku tersebut lalu akan terpisah menjadi bagian serum dan koagulum (sel-sel darah yang membeku).

Cara Kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Ambil darah dari pembuluh vena sebanyak 3 cc (atau yang diperlukan)
3. Masukkan darah kedalam tabung reaksi atau tabung sentrifuge lewat dinding tabung

4. Darah dibiarkan membeku didalam tabung pada suhu kamar selama 1 jam
5. Setelah membeku usahakan darah tidak menempel pada dinding tabung dengan cara mengailnya menggunakan lidi.
6. Sentrifuge darah tersebut dengan kecepatan 1500 rpm selama 10 menit

7. Setelah disentrifuge, pisahkan serum / bagian cair dari bekuan menggunakan pipet kedalam tabung lain.

Imunoserologi

Imunoserologi

Definisi :
Studi mekanisme dan fungsi sistem kekebalan akibat pengenalan zat asing dan usaha netralisasi, eleminasi & metabolisme zat asing dan produknya.

Mekanisme Sistem Imun :
- Reaksi Imun Spesifik meliputi reaksi humoral dan reaksi seluler
- Reaksi Imun Non-Spesifik meliputi reaksi humoral dan reaksi seluler
- Interaksi antara reaksi imun spesifik dan non-spesifik

Fungsi Kekebalan Tubuh :
- Pertahanan Tubuh
- Homeostasis (Keseimbangan tubuh)
- Surveillance, Penjagaan supaya tubuh mendeteksi lebih dini, tidak selalu saat adanya infeksi baik intrinsik maupun ekstrinsik)

Zat Asing :
- Mikroorganisme (bakteri, virus, parasit, jamur)
- Sel Tumor
- Sel / Jaringan Alogen : merupakan sel yang dicangkokkan dan memiliki faktor genetik yang berbeda contohnya tranfusi darah, cangkok ginjal.

Beberapa Istilah :
- Antigen = Molekul yang bereaksi dengan antibodi / imunosit. TIdak harus membangkitkan respon imun.
- Imunogen = Molekul yang membangkitkan respon imun.
- Hapten = Molekul berukuran kecil dan tidak imunogenik. Dapat bereaksi dengan antibodi yang timbul akibat stimulasi hapten bersangkutan yang terikat molekul carrier.
- Epitop = Bagian antigen yang bereaksi dengan antibodi.
- Paratop = Bagian antibodi yang bereaksi dengan antigen.
- Antibodi = Molekul yang disintesis oleh sel B - sel plasma. (Imunoglobulin, bentuk soluble dari reseptor antigen pada sel B)

Pediculus Humanus Capitis

PEDIKULOSIS KAPITIS

I. PENDAHULUAN
Pedikulosis kapitis adalah suatu infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus var. capitis.1-4 Selain menyerang kulit dan rambut kepala, pedikulosis dapat pula menyerang badan oleh Pediculus humanus var corporis dan menyerang daerah pubis oleh Phtyrus pubis.1,5,6
Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia tanpa adanya batasan umur, jenis kelamin, ras, status ekonomi & status sosial.7-9 Gejala utama yang sering ditemukan adalah gatal pada kulit kepala terutama pada bagian belakang telinga dan tengkuk. Pedikulosis kapitis disebut juga kutu kepala atau head lice,10

II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit pedikulosis kapitis dapat ditemukan di seluruh dunia pada semua usia terutama pada anak-anak dan dewasa muda. Insidens tertinggi pada usia sekitar 3 – 12 tahun. Pedikulosis kapitis lebih sering timbul pada wanita dibandingkan pria.7,8
Penularan penyakit ini lebih sering melalui kontak kepala dengan kepala, namun dapat juga melalui benda-benda seperti sisir, topi, bantal, dan asesoris rambut yang dipakai secara bergantian.3,8 Higienitas yang buruk juga dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit ini, misalnya jarang membersihkan rambut atau rambut yang panjang pada wanita.5,9,11

III. ETIOLOGI
Penyakit pedikulosis kapitis disebabkan oleh parasit subspecies Pediculus humanus var. capitis. Parasit ini termasuk dalam golongan filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Phthiraptera, subordo Anoplura, family Pediculidae dan species Pediculus humanus.7,12

Siklus hidup Pediculus humanus capitis melalui stadium telur, larva, nimfa dan dewasa. Satu kutu kepala betina dapat hidup selama 16 hari dan menghasilkan 50 – 150 telur. Telur berbentuk oval dan umumnya berwarna putih atau kuning.13 Telur diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung makin terdapat telur yang lebih matang. Telur kutu membutuhkan 8 – 9 hari untuk menetas.2,4
Telur yang menetas akan menjadi nimfa. Bentuknya menyerupai kutu dewasa, namun dalam ukuran kecil. Nimfa akan menjadi dewasa 9 – 12 hari sesudah menetas. Untuk hidup, nimfa harus memperoleh makanan berupa darah.2
Pediculus humanus capitis berbentuk seperti biji wijen dengan panjang sekitar 1 – 2 mm, tidak bersayap, memipih di bagian dorsoventral dan memanjang. Parasit ini memiliki 3 pasang kaki yang disesuaikan sebagai pengepit rambut dan mulut pengisap kecil di bagian anterior yang menjadi bagian untuk mendapatkan darah. Kutu kepala dapat merayap dengan cepat, di atas 23 cm/menit. Kutu dewasa dapat bertahan hidup sekitar 30 hari di kepala manusia. Kutu dapat mati dalam 1 – 2 hari setelah jatuh dari rambut.1,14
Kutu kepala terdiri atas kutu jantan dan betina. Kutu betina dibedakan dengan kutu jantan berdasarkan ukuran tubuh yang lebih besar dan adanya penonjolan daerah posterior yang membentuk huruf V yang digunakan untuk menjepit sekeliling batang rambut ketika bertelur. Kutu jantan memiliki pita berwarna coklat gelap yang terbentang di punggungnya.1
IV. PATOGENESIS
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk rmenghilangkan rasa gatal. Sepanjang siklus kehidupannya, larva dan kutu dewasa menyimpan kotorannya di kulit kepala, yang akan menyebabkan timbulnya rasa gatal. Selain itu gatal juga ditimbulkan oleh liur dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Garukan yang dilakukan untuk menghilangkan gatal akan menyebabkan terjadinya erosi dan ekskoriasi sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder.1,9

V. GAMBARAN KLINIS
Gejala awal yang dominan adalah rasa gatal pada kulit kepala. Rasa gatal dimulai dari yang ringan sampai rasa gatal yang tidak dapat ditoleransi.1,5 Lesi papul yang gatal biasanya terdapat pada daerah belakang telinga dan bagian tengkuk leher, akibat garukan pada kulit kepala akan terjadi erosi dan ekskoriasi. Adanya infeksi sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul, abses.6
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis :
- Pemeriksaan mikroskop dapat mengkonfirmasi diagnosis. Dengan pemeriksaan mikroskop dapat terlihat kutu dewasa dengan 6 kaki, yang tebalnya 1-4 mm, tidak bersayap, berwarna abu-abu berkilat sampai merah jika menghisap darah.3,7
- Pemeriksaan dengan lampu wood pada daerah yang terinfestasi memperlihatkan fluoresensi kuning-hijau dari kutu dan telur.3, 4

Pemeriksaan histologi: Pemeriksaan histologi jarang dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Hasil dari biopsi memperlihatkan perdarahan intradermal dan infiltrat yang dalam berbentuk baji dengan banyak eosinofil dan limfosit.7
VII. DIAGNOSA
Diagnosis pedikulosis kapitis dapat ditegakkan melalui inspeksi pada kulit kepala dan rambut, dengan menemukan kutu atau telur berwarna abu-abu berkilat. Kutu dan telur tersebut dapat dikonfirmasi melalui pemeriksaan mikroskop.1,3

VIII. DIAGNOSIS BANDING
a. Dermatitis seboroika
Dermatitis seboroik memberikan gambaran klinis berupa daerah eritema dan skuama pada daerah kepala dan terasa gatal oleh penderita. Dapat dibedakan dengan pedikulosis kapitis dengan tidak ditemukannya telur atau kutu pada daerah kepala yang gatal.19,20
b. Impetigo krustosa
Impetigo krustosa disebabkan oleh Staphylococcus B hemolyticus ditandai dengan eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu.18
C. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala dimana terdapat kelainan berupa lesi bersisik, kemerahan, kerion, dan gatal. Pada pemeriksaan dengan KOH, akan didapatkan spora dan hifa yang merupakan elemen jamur yang merupakan penyebab tinea kapitis.23, 24
IX. PENATALAKSANAAN
1.Pedikulosid
a. Permethrin(1%)
Permethrin 1% cream rinse diberikan ke kulit kepala dan rambut. Awalnya rambut dicuci dengan shampoo nonconditioner kemudian dikeringkan dengan handuk. Lalu diberikan Permethrin 1% cream rinse selama 10 menit kemudian dibilas. Hal ini diperkirakan dapat membasmi sekitar 20%-30% dari telur. Tetapi, disarankan agar pemakaiannya diulang apabila kutu masih terlihat pada 7-10 hari setelahnya. Permethrin mempunyai keuntungan efek toksin yang rendah dan pengobatannya cepat.16,17
b. Pyrethrin
Pyrethrin diperoleh dari suatu sari alami bunga chrysanthemum. Pyrethrin yang dikombinasi dengan piperonyl butoxide adalah neurotoksik untuk kutu tetapi kurang toksik terhadap manusia. Produk ini seperti shampoo dimana diberikan pada rambut yang kering dan didiamkan selama 10 menit sebelum dibilas. Penggunaan dapat diulang 7-10 hari kemudian untuk membasmi kutu kepala yang baru.16,17
c. Malathion
Obat malathion organophosphate adalah suatu penghambat cholinesterase dan telah digunakan selama 20 tahun untuk pengobatan kutu kepala9. Malathion 0,5% atau 1% yang digunakan dalam bentuk losio atau spray. Caranya : malam sebelum tidur rambut dicuci dengan sabun kemudian dipakai losio malathion, lalu kepala ditutup dengan kain. Keesokan harinya rambut dicuci lagi dengan sabun lalu disisir dengan sisir yang halus dan rapat (serit). Pengobatan ini dapat diulang lagi seminggu kemudian, jika masih terdapat kutu atau telur.1,7,10
d. Lindane(1%)
Lindane adalah organochloride yang mempunyai efek toksik terhadap CNS (Central Nervous System) apabila penggunaannya tidak benar. Penggunaannya seperti shampoo dan dapat didiamkan kurang lebih selama 10 menit dengan pemakaian yang berulang dalam 7-10 hari. Dalam beberapa tahun kasus resisten pernah dilaporkan diseluruh dunia. Oleh karena adanya efek toksik terhadap CNS yang dapat menyebabkan serangan dan kematian,sehingga penggunaan lindane terhadap pasien harus dibatasi.16,17
e. Krotamiton(10%)
Krotamiton 10% dalam bentuk losion digunakan untuk terapi skabies, dan beberapa penelitian menunjukkan krotamiton 10% juga efektif untuk kutu kepala dimana diberikan ke kulit kepala dan didiamkan selama 24 jam sebelum dibilas. Aman untuk anak, dewasa, dan wanita hamil.16
f. Ivermectin oral
Ivermectin adalah suatu agen antiparasitik yang efektif untuk kutu kepala. Ivermectin diberikan dengan dosis tunggal secara oral 200 mikrogram/oral dengan dosis pemberian 2 kali setelah 7-10 hari. Ivermectin tidak boleh diberikan ke anak yang berat badannya kurang dari 15 kg. Penggunaaan Ivermectine oral belum diakui oleh FDA ( Food and Drug Administration ) sebagai pedikulosid.16
g. Trimethoprim-sulfamethoxazole oral
Antibiotik ini biasa juga disebut cotrimoxazole digunakan dalam dosis otitis media, sama efektif pemberiannya untuk kutu kepala. Antibiotik ini dapat membasmi simbiosis bakteri dalam gerak kutu atau berhubungan langsung dengan efek toksik dari kutu. Penggunaan Trimethoprim-sulfamethoxazole belum diakui sebagai pedikulosid oleh FDA (Food and Drug Administration).17

2. Pengobatan Lingkungan
a. Desinfeksi semua perhiasan kepala, syal, mantel, handuk, dan seprei dengan mesin cuci dalam air panas, kemudian keringkan dengan menggunakan panas. Selain itu benda yang akan dibersihkan dapat dimasukkan ke dalam sebuah kantong plastik, disemprot dengan pedikulosid lalu disimpan 2-4 minggu. Sisir dan sikat harus direndam dalam air panas selama 5-10 menit. Perabot dan permadani harus dibersihkan dengan penghisap.
b. Anggota keluarga dan teman sekolah juga harus diobati.
c. Beritahu para guru sekolah bila ditemukan kasus indeks.25

X. PENCEGAHAN
Penyakit ini pada dasarnya dapat dicegah melalui pola hidup yang bersih. Misalnya dengan pemberantasan kutu yang berada dilingkungan sekitar. Benda-benda yang terpapar dengan penderita (misalnya, kasur, bantal, linen, handuk, mainan, topi) seharusnya dicuci bila memungkinkan kemudian dikeringkan. Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu lebih dari 50-55°C selama paling kurang 5 menit. 8
Membersihkan lingkungan tempat tinggal akan membantu mengurangi kesempatan untuk terpapar kembali dengan kutu kepala. Periksalah setiap orang yang berada didalam lingkungan rumah tangga pada saat bersamaan, sebelum membersihkan lingkungan tersebut. Bersihkan semua lantai dengan alat penghisap debu, permadani, bantal, karpet, dan semua pelapis meubel yang ada. Semua sisir dan sikat rambut yang digunakan oleh penderita kutu kepala harus di rendam dalam air dengan suhu diatas 130°F( 540C) , alkohol atau pedikulosid selama 1 jam.
Penjelasan kepada anak-anak terutama tentang cara mencegah penularan melalui penggunaan topi, sisir, dan bandana bersama juga dapat dipertimbangkan. Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang milik anak secara terpisah di dalam ruang kelas juga dapat mencegah penyebaran kutu ini.8
XI. KOMPLIKASI
Beberapa orang akan berkembang menjadi suatu infeksi sekunder akibat garukan. Adanya infeksi sekunder yang berat menyebabkan terbentuknya pustul dan abses.6

XII. PROGNOSIS
Baik bila hygiene diperhatikan.1 Kegagalan terapi disebabkan oleh penggunaan shampo yang tidak benar dan reinfestasi parasit.13

XIII. KESIMPULAN
Pedikulosis kapitis adalah penyakit pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh parasit Pediculus humanus capitis. Cara penularan penyakit ini ditularkan melalui kontak kepala dengan kepala atau melalui benda-benda seperti sisir, bantal, dan asesoris rambut. Manifestasi klinis yang paling sering timbul adalah gatal pada kulit kepala terutama pada bagian belakang telinga dan tengkuk leher yang disebabkan oleh saliva dan ekskreta dari kutu yang dimasukkan ke dalam kulit waktu menghisap darah. Diagnosis ditegakkan berdasarkan inspeksi pada kulit kepala dan helaian rambut untuk menemukan kutu yang masih hidup dan telurnya. Dengan pemeriksaan mikroskopis dapat ditemukan telur berwarna abu-abu dan berkilat. Pengobatan yang dilakukan berupa terapi medikamentosa dan terapi non-medikamentosa. Pencegahan dapat dilakukan terutama dengan menjaga higiene rambut, pakaian, serta benda-benda yang dapat menjadi media penularan.

Jumat, 11 Juni 2010

Urinalisa

Terdapat beberapa macam pemeriksaan urin, yaitu urinalisis, tes kehamilan, tes narkoba, biakan kuman, kepekaan obat, dsb. Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu : tes makroskopik dan tes mikroskopik.


Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase.

Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui : (1) unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir; (2) unusur anorganik (kristal, garam amorf); (3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa).


pH
Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu.

Berat Jenis
Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 – 1,025. Seberapa banyak Anda minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004.

Glukosa
Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obat-obatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral).
Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak.

Protein
Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi, multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi

Bilirubin dan Urobilinogen
Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah) oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula bersifat tidak larut air, kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air. Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi urobilin, suatu zat yang memberikan warna yang khas pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria) menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau sumbatan saluran empedu.
Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine.

Darah
Dalam keadaan normal, tidak ada darah atau hemoglobin dalam air seni. Adanya darah dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

Nitrit
Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract infection) oleh kuman dari spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit.

Keton
Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika persediaan glukosa menurun, maka untuk mencukupi suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme. Peningkatan metabolisme lemak ini menyebabkan penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada penderita diabetes mellitus atau pada orang yang kelaparan.

Lekosit Esterase
Lekosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel lekosit netrofil. Dalam keadaan normal tidak ditemukan lekosit esterase. Adanya lekosit esterase dalam air seni menunjukkan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).

Sedimen / Endapan
Pemeriksaan sedimen urine dilakukan secara mikroskopik untuk mengetahui adanya : (1) material organik, yaitu sel-sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast) dan bentuk lain : silindroid, benang lender; (2) material anorganik, yaitu garam amorf dan kristal; (3) elemen lain, seperti bakteri, parasit Trichomonas sp., jamur (misal Candida), atau spermatozoa.

Eritrosit. Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal.

Lekosit. Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor.

Epitel. Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina.

Silinder (cast). Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat pada tubulus ginjal.

Kristal. Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urine (tergantung banyak-sedikitnya minum).
Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine, mengeras dan terbentuk batu.

Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan.

Benang lendir (mucus filaments). Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih.

Spermatozoa, bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik.

Bakteri. Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen “bersih”, kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja.

Sel jamur menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya cemaran saja.

Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan.